Bab 13 – Standar Kehidupan Orang Kristen
Pakaian
Sebagai umat Kristen Masehi Advent Hari Ketujuh kita telah di panggil untuk keluar dari dunia. Kita adalah para pembaru. Agama kita harus memiliki suatu pengaruh yang membentuk semua aktivitas kita. Kebiasaan-kebiasaan kita haruslah berakar pada prinsip dan bukan pada contoh-contoh dunia di sekitar kita. Kebiasaan dan gaya berpakaian bisa berubah setiap tahun, tetapi prinsip-prinsip perilaku yang benar tetap sama. Sejak awal sejarah kita Ellen G. White menulis bahwa tujuan cara orang Kristen berpakaian adalah “untuk melindungi umat Allah dari pengaruh dunia yang merusak, dan juga untuk meningkat kan kesehatan moral dan fisik” – Testimonies, jld. 4, hlm. 634. Dia juga menasihatkan bahwa kita haruslah menghindari penampilan mencolok dan pemakaian barang-barang perhiasan, mode-mode yang hebat dan iseng-iseng saja, terutama sekali yang sudah melanggar hukum kesopanan, dan bahwa pakaian kita haruslah, jika memungkinkan, “bahannya yang berkualitas baik, warnanya pantas, dan disesuaikan buat pekerjaan Tuhan. Haruslah dipilih yang tahan lama daripada hanya bersifat memamerkan saja.” Cara berpakaian kita harus bercirikan kesederhanaan, “keindahan,” “kepantasan,” dan “kesederhanaan yang sewajarnya” – Amanat kepada Orang Muda, hlm. 329, 330.
{PJ 204.1}Umat Tuhan harus senantiasa ditemukan di antara mereka yang berpakaian secara konservatif, dan tidak akan membiarkan “pertanyaan-pertanyaan tentang pakaian mengisi pikiran” – Evangelism, hlm. 273.
{PJ 204.2}“Berpakaian yang baik, tidak memamerkan perhiasan dalam segala jenis apa pun, adalah sesuai dengan iman kita” – Testimonies, ild. 3, hlm. 366. Dengan jelas diajarkan Alkitab bahwa menggunakan perhiasan berlawanan dengan kehendak Allah. “Rambutnya jangan berkepang-kepang dan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal” ialah nasihat Rasul Paulus (1 Tim. 2: 9). Pemakaian perhiasan adalah usaha menarik perhatian yang tidak sesuai dengan sikap orang Kristen yang mengosongkan diri.
{PJ 204.3}Di beberapa negara kebiasaan menggunakan cincin kawin dianggap satu keharusan, dalam pikiran masyarakatnya hal itu telah menjadi satu syarat yang baik, dan tidak lagi dianggap sebagai perhiasan. Dalam keadaan seperti itu kita tidak cenderung untuk mempersalahkan praktik tersebut.
{PJ 205.1}Marilah kita mengingat bahwa bukanlah “perhiasan luar” yang mengekspresikan tabiat Kristen yang sebenarnya, tetapi “manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah” (1 Ptr. 3: 3,4). Kita harus menghindari penggunaan kosmetik yang tidak sesuai dengan citra dan prinsip kesopanan Kristen.
{PJ 205.2}Kebersihan dan tingkah laku seperti Kristus harus dipelihara dan di perhatikan oleh setiap orang yang senantiasa berupaya untuk menyenangkan Allah dan dengan tepat menampilkan Kristus Tuhan kita. Para orang tua Kristen harus memikul beban mereka untuk menjadi teladan, memberikan instruksi, dan berwenang memimpin anak-anak mereka untuk berpakaian secara sopan, yang dengan demikian memenangkan rasa hormat dan kepercayaan dari orang-orang yang mengenal mereka. Biarlah kita semua menganggap bahwa kita berpakaian dengan baik hanya bila tuntutan kesopanan dipastikan oleh cara berpakaian yang penuh citarasa dan konservatif.
{PJ 205.3}